Jumat, 03 Oktober 2014

ULANGAN HARIAN



Drama Jemput Paksa FPI pada Jumat Petang..

 Jumat, 3 Oktober 2014 | 20:52 WIB

 
http://assets.kompas.com/data/photo/2014/10/03/2113589jemput-paksa780x390.jpg
 
JAKARTA, KOMPAS.com — Buntut dari kerusuhan ratusan orang dalam massa Front Pembela Islam (FPI), kepolisian menjemput paksa koordinator massa di markas FPI, Jalan Petamburan III, Jakarta Pusat, Jumat (3/10/2014) petang. Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Unggung Cahyono memimpin langsung aksi jemput paksa tersebut.

"Ini buntut aksi anarkis (FPI) di DPRD dan Balaikota. Kami dapat informasi kalau FPI mengumpulkan massa di sini, makanya saya jemput korlap (koordinator lapangan) di sini (Petamburan)," kata Unggung, di Petamburan, Jumat.

Di Petamburan, Unggung meminta beberapa anak buahnya untuk menemukan koordinator lapangan aksi demo di Balaikota dan DPRD DKI. Setelah beberapa menit, beberapa personel kepolisian pun membawa empat anggota FPI. Salah satunya adalah Ustaz Irwan, koordinator aksi unjuk rasa di DPRD DKI.
Unggung membuka pembicaraan dan mengonfirmasi kebenaran bahwa Irwan menjadi tokoh di belakang aksi demo FPI di Balaikota dan DPRD yang berujung ricuh. Irwan menjadi penanggung jawab aksi tersebut. Namun, koordinator aksi Balaikota DKI, Habib Al Shahab, tidak berada di markas FPI.
Setelah melakukan negosiasi dengan pimpinan FPI, Habib Rizieq, via telepon, Unggung memutuskan untuk mengamankan Irwan. "Namanya Ustaz Irwan dan kami bawa ke Polda Metro Jaya untuk dimintai keterangan," kata Unggung. Aksi jemput paksa itu terjadi selama lebih kurang 30 menit, pukul 17.10-17.40 WIB.

Kemacetan panjang hingga Jatibaru
Aksi jemput paksa anggota FPI oleh kepolisian sempat menyebabkan kemacetan panjang di kawasan Petamburan hingga kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Polisi menutup Jalan Raya KS Tubun dengan dua mobil polisi tepat di depan Honda KS Tubun hingga di depan Suku Dinas Pertamanan dan Pemakaman Jakarta Pusat.
Akibatnya, kemacetan panjang pun terjadi. Kemacetan itu tampak dari Jalan Raya KS Tubun hingga Jatibaru, Tanah Abang. Para pengendara kendaraan bermotor, mulai dari pengendara sepeda motor, pengemudi mobil pribadi, hingga sopir mikrolet, kesal dengan kemacetan itu.
Hans (27), salah seorang pegawai swasta di kawasan Jakarta Pusat, mengaku kesal dengan FPI yang tak henti-hentinya membuat aksi. "Hari biasa saja sudah macet, apalagi ini jam pulang kantor. Eh ini kok FPI bikin macetnya pas jam pulang kantor, sudahlah damai saja jangan pakai kekerasan lagi," kata Hans.
 Senada dengan Hans, Maryadi, sopir mikrolet M 09, juga mengaku kesal atas kemacetan panjang yang terjadi sepanjang Jumat pekan. "Saya mau cari alternatif jalan lain, penumpang ada yang mau turun di Petamburan. Jadi saya lewat jalanan macet di Petamburan aja. Tadinya mau potong Jalan Slipi.... FPI jangan bikin macet lagi deh," kata Maryadi.
Setelah suasana kondusif, polisi pun akhirnya membuka jalan sekitar pukul 17.45 WIB. Water canon dan mobil barracuda yang bersiaga di sana pun telah dikembalikan ke markasnya di Mapolda Metro Jaya.

Toko-toko tutup
 Selain menyebabkan kemacetan panjang, operasi jemput paksa anggota FPI juga membuat pemilik usaha di kawasan Petamburan menutup sementara usaha mereka. Warung-warung, bengkel, dan toko kelontong yang berada di sekitar Jalan Petamburan III tutup selama penjemputan berlangsung.
"Ya, waswas saja karena takutnya ada kerusuhan ini. Sudah ada tank-tank dan sirene polisi ke markas FPI. Jadi, terpaksa tutup toko saja," kata salah satu penjaga toko kelontong di kawasan itu, yang meminta tak disebutkan namanya, Jumat (3/10/2014) petang.
Penjaga toko yang juga warga Petamburan ini mengaku selalu khawatir dengan tindakan FPI. Dia pun mengaku tak setuju dengan aksi berujung ricuh yang dilakukan FPI di depan Gedung Balaikota dan DPRD DKI, Jumat siang.
Seperti diberitakan sebelumnya, massa dari FPI sempat bentrok dengan polisi dan melempari dua kantor pemerintahan itu dengan batu sekepal tangan dan kotoran hewan. "Apa gunanya sih kekerasan? Lebih baik damai-damai saja," kata penjaga toko ini.  
Pendapat serupa juga dilontarkan Agus, salah satu pemilik bengkel di kawasan itu. Dia juga memilih menutup tokonya lebih awal. Kepada Kompas.com, dia mengatakan memilih bersikap waspada. "Saya nonton beritanya dari TV saja," kata dia singkat.
sumber klik disini

OPINI :
 Selain menyebabkan kemacetan panjang ,operasi jemput paksa anggota FPI juga membuat pemilik usaha  dikawasan pertamburan.Jadi,pemaksaan tutup toko saja. salah satu penjaga toko kelontong dikawasan itu
 Penjaga toko khawatir dengan tindakan FPI mengaku tidak setuju dengan aksi unjuk ricuh yang dilakukan FPI.Masa massa dari FPI sempat bentrok dengan polisi dan melempari dua kantor pemerintahan itu dengan batu sekepal tangan dan kotoran hewan.







Minggu, 21 September 2014

CERPEN

  Hmmm… aku berpikir liburan tahun ini, terasa tak berarti bagiku, bagaimana mungkin hari yang paling ditunggu tunggu oleh kebanyakan anak sekolah malah menjadi kekosongan untuk ku. Betapa tidak kosong, teman temanku pada pulang kampung semua, loh aku tinggal sendirian di kampung ini. Tapi tiba tiba
“usaar…” sahut seorang memanggil ku dari luar rumah.
“Iya..” kaget rupanya ada satu temanku yang tidak pulang kampung.
“oh apa ndar? Kamu gak pulkam?” tanya aku sambil menoleh keluar pintu.
“Gak punya kampung.” jawabnya sambil tertawa.
“tunggu apa lagi diluar, mau aku anggap kamu pengemis?” aku meledeknya
“eet, jangan becanda, nanti jadi kenyataan, aku terus datang terus ke rumah ini pasti untuk minta minta” ujarnya balik meledek
“haha ya udah, masuk kalo gitu”
Ia namaku Kausar biasa dipanggil Usar, aku kelas 3 SMK dan sebentar lagi lulus, amin. Dan nama temanku nandar seorang anak aneh, yang tidak bisa diam.
“main catur aja yuk!” pinta nandar.
“siapa takut” jawabku percaya diri.
Kami berdua main selama tiga jam. Permainan catur memang cukup lama dalam satu set nya, namun disitulah letak kesabaran kita di uji.
Akhirnya nandar pun menang empat kali, dan aku hanya dua kali, jadi ia meminta aku dihukum, untuk mencium lantai sebanyak 50 kali. Ini hukuman yang paling tidak kusuka, tapi berkat dia hari ini menjadi seru. Nandar pun pulang ke rumahnya.
Ku kira hari liburan yang kosong ini akan tetap menjadi kekosongan di hari pertama liburan sekolahku, tapi tidak setelah seorang Nandar datang ke rumahku. Terkadang hanya seorang temanlah yang mengeluarkan kita dari neraka yang bernama ‘kesepian’.